Jumat, 10 Februari 2012

Selembar Rasa Untuk Aditya

Jogjakarta, 10 Pebruari 2012 09.40WIB

Terik menggantung. Musim hujan sepertinya sudah berlalu. tinggal kemarau, ah siapa rindu kemarau. kamarau kali ini terjemahan sudah lain. Panas berkepanjangan, krisis air, gagal panen. tapi, kenapa harus kemarau yang salah. Bukankah alam memberi petanda?

jalanan jogja masih padat, entah kesibukan apa saja yang membuat jalanan kota ini selalu padat. aditya keluar dari tempat parkir, sebuah alasan yang terdengar konyol tapi sangat berarti baginya untuk ijin keluar dari pekerjaan.Alasan yang mungkin cukup berat untuk diberi tanda tangan dari supervisornya. Berlebihan? bisa jadi. sahabat tercinta akan  balik ke Bandung siang ini, liburan kuliah sudah usai. Aditya ingin sejenak menemuinya, rencana rencana kemarin yang tak terwujud, semacam membuat janji tersendiri untuk Aditya. Harus bertemu sebelum sahabatnya, Tiwi meluncur ke Bandung. harus, terlebih ada rasa bangga muncul ketika menjadi sahabat terakhir yang ditemui Tiwi sebelum balik ke Bandung.

Revo keluaran 2009 berwarna silver itu melaju, menyusuri jalanan padat kota. sosok Tiwi menggelayut dalam pikiran. Laju revo makin kencang, seperti kuda kesetanan. Sampai akhirnya berlabuh di tujuan.

"Assalamu'alaikum", salam Aditya di beranda rumah Tiwi
"Wa'alaikum salam", sebuah jawaban dari dalam rumah. Tiwi tampak terkejut, hahahaha Aditya justru menikmati ekspresi terkejut sahabatnya. Dalam. Ya, jangan tanya.

Dan pas sekali, karena Tiwi akan ke stasiun pukul sebelas siang nanti. Sungguh Aditya tak menyesali sikap 'mbolos,nya itu. 'mulut' dengan 'mulut' bertemu, kata demi kata beradu. ya, kisah indah selalu terbungkus saat masa seperti ini. itu sebab kenapa dalam diri Tiwi aditya memberi stempel sahabat terbaik. termasuk katika Tiwi punya inisiatif gila menjadi makcomblang cinta Aditya. Tapi berhubung namanya makcomblang belum terverivikasi, jadilah Aditya meraba sendiri puzzle cintanya. Ah, bicara cinta masih ambigu baginya.

Yang Aditya tahu cukup perasaan nyaman akan sahabat ini yang membuat seribu alasan untuk tersenyum tiap pagi. Dunia masih menyimpan banyak keindahan. Manusia diciptakaan pada dasarnya menyukai keindahan, itu sudah inklud pada setiap diri.

Lima belas menit sebelum pukul sebelas, Tiwi bergegas. doa dari Bapak dan adik menyertai. semoga lancar dan selamat.

Aditya??? kini justru memacu kuda besinya ke selatan. menemui sahabatnya yang lain. diatas bukit ternyata perbincangannya dengan Tiwi terbawa.

0 komentar:

Posting Komentar