Selasa, 28 Februari 2012

Ngamen ke DPR yuuk

Pernahkah rumah anda disambangi pengamen?? atau justru sering?
Apa perasaan anda saat pengamen mendatangi rumah anda. Rasa kesal tentu ada. termasuk saya pribadi, apalagi yang cuma pakai kecrekan tutup botol digepengin sambil komat-kamit gak jelas, kalau gitu sih mending ngedengerin mp3 atau radio tape ya. hahaha.

sebelumnya maaf bukan bermaksud menyindir profesi mereka, tapi ini murni rasa kesal saya karena beberapa hal.

Pertama, intensitas kedatangan pengamen yang seperti sudah kena jadwal.
 kenapa gak pernah tubrukan gitu. Bahkan di tempat saya yang relatif belum bisa disebut kota, pengamen bisa menyambangi rumah tiga kali sehari, persis anjuran minum obat. Tapi untungnya tidak tiap hari. Biasanya diatas jam sembilan pagi sampai
jam lima sore jam kunjungannya.

Kedua, Kenapa yang disambangi hanya rumah dengan pintu terbuka saja.
 Ya, di kampung saya (prambanan, tepat di timur situs bersejarah Candi Prambanan) tak lazim menutup pintu di siang hari. Karena kebanyakan warga kampung bersosialisasi dan bergaul di luar rumah. Meski ada juga warga kampung pinggir jalan raya yang sudah tergerus budaya kota. Menutup rapat pagar dan pintu rumah di siang hari, walau penghuninya pada kumpul di dalam. Makanya tiap ada pengamen yang masuk kampung, biasanya rumah yang akan dikunjungi pengamen hampir pasti buru buru ditutup pintunya. Dan itu trik paling ampuh menghalau pengamen di kampung saya. Saya justru khawatir tiap harinya pintu-pintu akan tertutup rapat takut kedatangan pengamen. atau karena kekhawatiran itu juga warga pinggir jalan raya menutup pintu rumahnya? kecuali yang membuka usaha. Ya, ada kemungkinan karena pengamen, kampung kami berbudaya kota.

Ketiga, kasihanilah keuangan kami
Hahaha, yang ini terkesan kere banget ya? tapi mau gimana lagi tiap pengamen datang kan seperti nodong. jarang kan ada yang bilang "maaf lagi nggak ada uang", kecuali itu yang ngamen pakai buku permintaan sumbangan pembangunan masjid yang katanya dari kota XXX di Jawa Timur, busyeet transportnya mending buat nyicil bangun masjid ya.

mungkin tiga alasan tersebut menjadi pembenaran saya kesal dengan pengamen yang menyambangi rumah rumah. karena mau nggak mau harus keluar duit, gak peduli ikhlas atau nggak ikhlas. Berbeda kalau pengamen yang ada di jalan raya atau angkutan umum, kita bebas memberi atau tidak, kalau ikhlas ya ngasih kalau lagi bokek ya nggak usah ngasih. Itulah kenapa saya lebih menghargai pengamen di tempat tempat umum, lebih memberi kita kebebasan. itupun dikasih atau nggak mereka tetap senyum, hehehe.

Lha terus bagaimana kok pengamen bisa menjamur begitu banyak. apa ada kebijakan yang salah tentang ketenagakerjaan? kurangnya lapangan kerja??atau ketidakpedulian sang pembuat kebijakan? daripada bingung ngamen yuuk ke DPR



0 komentar:

Posting Komentar