Minggu, 12 Februari 2012

rEVOLution

Aditya masih termenung, merenung dalam. banyak hal yang berkecamuk ngamuk di setiap impuls saraf saraf otaknya. Ah, kenapa manusia berbeda? kenapa harus tercipta rasa. Apakah karena ini Tuhan memberi keistimewaan pada makhluk serakah bernama manusia? Cinta... Sungguh, sampai detik ini tak ada terjemahan baku tentang kata itu dalam diri Aditya. Bukan tak pernah merasakan tanda tanda kehadiran cinta, sama sekali bukan. Aditya pernah menyukai makhluk bernama wanita. Bahkan pernah menyebut sayang sayang an seperti kaum muda pada umumnya.


Tapi apa yang Aditya renungkan kini? kenangan yang dulu ia anggap cinta ternyata hanya utopia semata. Hanya angan angan dan keyakinan bahwa itu memang cinta. Aditya salah?? Belum, belum saatnya memvonis ia salah dalam menafsirkan cinta. Karena para marketing pemahaman cinta semacam itu selalu menggumuli masa remaja Aditya. Mendoktrin, bahwa cinta itu berduaan, cium ciuman, peluk pelukan, paling tidak semacam yang Aditya praktekkan sayang sayangan. ya, itu adalah propaganda terlaris tafsir cinta remaja. Tapi apa Aditya salah?? Belum, sekali lagi belum saatnya memvonis ia salah dalam menafsirkan cinta.

Karena cinta terkadang butuh pengakuan, butuh pengungkapan. sebuah ucapan "Ma, aku makin cinta kamu" tentu sangat berkesan dalam hubungan rumah tangga. sebab itu wujud pemanjaan, Aditya mengerti betul itu. manusia terkadang butuh pujian, butuh pengakuan kalau ada yang mencintainya.

Gerimis masih setia menemani Aditya. Nyaris pukul sepuluh, tak ada tanda kantuk menghampiri. Mungkin tuts tuts keyboard begitu menggoda matanya. Ya, untuk apa lagi selain membahas ini. menafsir cinta dari oarang yang bukan ahli tafsir. hahahaha, begitulah dunia ini. sebuah paradoks abadi atau hanya jaman ini saja. dunia cinta bukan dihuni ahli cinta, dunia hukum bukan dihuni leh ahli hukum, dunia politik bukan dihuni oleh ahli politik, pun dunia blogger tak seluruhnya ahli dalam dunia blog. semua hanya formalitas, selebihnya tak ada yang lebih.

perjalanan waktu menyeret Aditya pada sebuah statement cinta hakiki hanya milik Emaknya dan Aditya. ya, itu yang pernah Aditya anggap statemen final. cinta Ibu dan anak. tapiii, begitu Aditya lihat di berbagai media, berita Ibu membuang anaknya, Ibu menjual anaknya, Atau justru yang naudzubillah anak membunuh ibunya. Aditya berpikir ulang itukah cinta?? bukan Aditya sedang terjebak semiotika. Sadarkan ia, sadarkan. ia belum dapat membedakan kata sifat dan kata benda. Ibu adalah sebuah kata sifat, keibuan, melindungi dan menyayangi anak anaknya. Pun cinta, cinta adalah kata sifat. Aditya mulai menerima pemahaman itu, meski lama.

cinta itu memakai perasaan, makanya kata sifat. sifat yang bagaimana dulu yang menunjukkan cinta?? sampai disini pikirannya mentok. maaf ya cinn

0 komentar:

Posting Komentar