Jumat, 17 Februari 2012

Kopi Darat

17 Februari 2012,

Saya juga gak ngerti tiap kali nulis di blog masalah curhat kok pasti ujung-ujungnya bolos kerja. Hahaha, bukan bolos sih, tapi cuma ijin keluar. Saya itu tipe manusia seperti apa juga belum paham, mudah mengorbankan waktuku sendiri untuk orang lain. Ya tentu saja bukan sembarang orang gue rela meninggalkan pekerjaan sebentar. Bukan yang spesial di hati juga, nah loh terus yang bagaimana itu? Ya murni karena saya pengen menemui orang tersebut.

Yang pertama udah saya jabarin dalam tulisan Selembar Rasa Untuk Aditya, ya saya rela mbolos karena ingin menemui sahabat tercintaku yang mau balik ke Bandung. Efeknya ya senang, gak peduli gaji entar kepotong berapa yang penting gue puas menemui dia. Itu saja, jujur saya emang orangnya sering mengejar kepuasan. Kepuasan bathin maksudnya, kepuasan yang lain? Malu ah diceritakan disini.


Tapi tadi malam, sekitar pukul delapan saya udah membuat janji dengan seseorang. Bukan janji seperti orang orang penting. Tapi bisa jadi orang yang akan saya temui itu orang penting. Setidaknya calon orang penting Semoga,, Orang ini belum pernah saya temui sacara fisik. Hanya kita berinteraksi di dunia maya. Di sebuah blog massal Kompasiana begitu pertama gue bertemu dengan akun bernama Khoirul Anwar. Tulisannya begitu memikat, demikian kesan pertama muncul dalam pikiran saya. Adeeem, pun sering diselingi budaya budaya jawa maupun falsafah falsafah hidup wong jowo. Sangat renyah untuk direnungkan saat waktu luang. Pertama kali saya baca tulisannya tentang ulang tahun, kesunyian beda sama kesepian (maaf agak lupa, mas) pernah saya copas menjadi status facebook. hehehe, maaf ya mas Anwar. Sekarang kapok deh.

Cukup lama saya menjadi silent reader dalam tulisannya, maklum waktu itu saya masih minder ngeblog apalagi register di kompasiana lumayan sulit. Sampai saya seret beliau dalam pertemanan di facebook. Confirm pertemanan tak terlalu lama. Tulisan saya di dindingnya pun langsung ditanggapi, ramah sekali ini orang, saya mencoba menilai kepribadiannya. Hehehe

Sampai akhirnya bulan November lalu akunku di kompasiana jadi, karena bantuan teman tentunya. Interaksi dengan mas Khoirul Anwar makin intens. terlebih dia juga produktif dalam tulisannya, tidak seperti saya yang asal nulis. ya harap maklumlah akunnya saja waton mlebu, tulisannya juga asal tulis. hehehe. Dari ketidaksengajaan itulah mulai muncul kesengajaan bertubi tubi.

Sampai akhirnya (yaaah, sampai akhirnya lagi? yakin gak ada kata lain?) tadi malam kita sepakat bertemu. untuk bersama menghadiri pengajian Cak Nun. Saya justru lupa kapan Tulisan Beliau yang membahas tentang cak Nun. Tapi begitulah, saya rela mbolos, meski tinggal satu jam lagi jam pulang kerja. Saya juga harus ngegas motor lagi ke Timur, maklum kos mas Anwar berada di daerah depan Ambarukmo Plasa, gak tau nama desanya apa.

Pertemuan kami akhirnya terwujud. kos mas Anwar ternyata satu kompleks dengan sebuah masjid, lumayan  besar. keramahannya menyambutku, suasana langsung membaur seketika, tak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Menemui orang baru itu seperti menunggu interview kerja, pikirku ternyata salah. Mungkin karena keterbukaan tangannya beserta dua teman kosnya. Ketiganya orang Ngawi, termasuk mas Anwar.

kesederhanaan dan kebersamaan, itu yang saya tangkap dalam pembauran tersebut. Yang membuat saya nyaman berkumpul dengan teman teman baruku di dunia nyata, bukan lagi di dunia maya, hehehe.  Berenam kami berangkat menghadiri pengajian Cak Nun, Mocopat Syafaat di Kasihan Bantul. Berangkat jam setengah sembilan pulang sekitar jam satu. Gak sampai nutug, karena rasa kantuk mulai menyergap, apalagi Mas Najib (teman kos Mas Anwar) ada jadwal kuliah jam delapan.

Begitulah pengalaman pertama saya dengan apa yang sering mereka sebut kopi darat, kopdar. Aneh memang disaat yang lain memilih kopdar dengan perempuan perempuan cantik. saya justru memilih kopdar dengan lelaki sederhana yang telah banyak memberi inspirasi bagi kehidupanku, meski Mas anwar selalu menganggap ini berlebihan. Tapi biarlah saya puas menemui, dan berteman dengan beliau. Ya, walau ketika pertemuan itu Mas Anwar selalu memanggilku mas. Entah karena meninggikanku (meninggikan umur?) atau memang gak tahu nama panggilanku?? hehehe

0 komentar:

Posting Komentar