Sabtu, 31 Desember 2011

pengkhianat kayak gue pantasnya ke laut aja!!!

Maaf yang gatal telinganya, atau yang gatal matanya membaca judul demikian. Ini bukan catatan yg manis2, bukan yang bau-bau surga, bukan yang harumnya seperti cinta katanya, tapi catatan renungan saja. Khususnya buat aku sendiri, jadi untuk anda terserah mau baca astaghfirullah, gak mau juga alhamdulillah.

Khianat?
Apa tho maksudnya? Gila kali gue berani deklarasi kayak gitu. Khianat kan gak amanah, kalau kata orang suci amanah itu hal yang paling berat di dunia. Gak amanah, atau khianat kan satu kriteria dari tiga kriteria orang munafik.

Gue munafik??
Jujur aja, aku bingung. Kalo aku mengatakan aku orang munafik, apa aku benar2 munafik
, jika benar maka aku udah jujur, dan jujur berarti tidak berdusta. Satu kriteria orang munafik gugur.
Hahaha, gue udah terjebak dalam pembenaran logika bahasa.

Amanah itu wujudnya seperti apa tho? Apa hanya berwujud kata2? Lha terus buat yang (maaf) tuna wicara gimana? Misal loe titip ini, loe nyuruh gue gini, ini amanah gue.. Hanya itu?
Masa'???
Kalau orang tua berkata anak itu amanah dari Tuhan. Atau 'titipan' dari Tuhan. Tuhan tak perlu 'bicara' langsung untuk memberi amanah. Tapi wujud pemberian Tuhan itulah yang harus dijaga.

Terus??
Ya dengan kata kunci pemberian Tuhan itulah kita harus menjaganya, merawat, melestarikan.
Seluruh alam semesta dan seisinya.

Dalam lingkup yang membumilah, dalam negara kita apa yang sudah Tuhan beri, apa yang sudah Tuhan amanahkan??
Semuanya bro,, tanah subur, bawah tanah emas berlian, bawah laut ikan aneka ragam.
Harusnya kita kelola dgn baik. Bersyukur? Ya tentu. Tapi apa efeknya syukur kalo cuma di tutur! Life is doing not hoping.

Saya bawa anda semakin membumi, berpijak tanah. Inti catatan ini tak lebih dari penegasan gue yg belum bisa menjaga amanah Tuhan karena sering buang sampah sembarangan. Nah lho!! Gue bilang apa? Membumi banget kan?

0 komentar:

Posting Komentar