Minggu, 04 Desember 2011

kenapa saya belajar bicara porno

apa yg ada dalam pikiran anda?
Anda mulai menilai saya? Menghakimi? Silakan, saya terima tapi dgn argumen. Hehehe

tadi sudah sempat nulis status seperti itu.. Tapi komen2nya?? Parah!!
Ini penjelasannya

porno dlm kamus saya sendiri tak selalu identik
dgn mesum.. Bicara porno tak harus menyerempet dengan apa yg menimbulkan nafsu. Karena porno bagiku telanjang. Berbicara porno ialah dgn kata2 telanjang tanpa aksesoris pemanis yg kadang berlebihan. Karena kata2 porno itu terus terang tanpa tedeng aling2..

Ya, ketika bicara seharusnya apa adanya jangan dijungkirbalik logikanya sehingga tampak benar seperti politikus..

Jungkirbalik logika dgn PEMBELAAN yg gigih namun tanpa argumentasi.. Banyak istilah yg terang2an disalahtafsirkan. Hutang yg jelas2 hutang kok disebut pendapatan untuk pembangunan. Pemberi hutang yg menggunakan rente disebut donor. Anggaran yg nyata2 defisit dianggap berimbang.

Telkom sejak tahun 1996 disehatkan, setelah sangat sehat diprivatisasi. Ketika ditanya mengapa dijual kpd swasta, dijawab bahwa kalau tak sehat tak laku dijual. Di sini, dalam satu kalimat dikemukakan pikiran yg saling bertentangan: harus dijual karena merugi, tetapi harus untung supaya laku dijual.
(pantat bangsaku, islah gusmian 2004)

yah, inilah kenapa saya belajar bicara porno. Bukan bicara jorok, tpi yg terus terang tanpa pemanis.

Ah, tapi saya pun sering terjebak dlm semiotika kata bukan makna. Esensi.

Jadi, jangan hiraukan saya

0 komentar:

Posting Komentar