Sabtu, 25 Mei 2013

wawancara narsis

"ceritakan siapa diri anda?"
pertanyaan sederhana itu nampaknya terlalu sulit untuk dijawab oleh seorang laki-laki yang duduk berhadapan dengan seorang pimpinan sebuah perusahaan. Pikirannya sibuk merangkai kata, tapi mulutnya masih terkatup. Meski tak keluar keringat dingin, lagaknya ia mulai kehabisan akal. 

Nama saya Arga Waskita, tapi itu hanya stempel dari orang tua saya agar orang-orang mudah mengenal dan menghafal saya. Saya lahir mendiami jasad manusia, yang dititipkan Tuhan pada keluarga sederhana, yang memaksa saya, ah sebenarnya juga bukan paksaan saya untuk bekerja keras. Sayaanak kedua dari...

Cukup ceritakan riwayat pendidikan anda?

Pendidikan?? Saya dididik kehidupan dan pengalaman. Kehidupan dalam kumpulan manusia untuk saling memenuhi kebutuhan. Saling memberi manfaat. Saya sangat kagum ideologi pendahulu bangsa ini, Gotong Royong. Bekerja keras bersama tanpa pamrih.

Bukan itu maksud saya jenjang bangku sekolah kamu?

Bangku sekolah? Saya sedikit gagal paham untuk memaknai sekolah sebagai pendidikan. Sekolah itu saya anggap seperti pasar, ada barter. Saya membeli karena mereka menjual. Mungkin terlalu kasar anggapan saya, tapi begitulah yang saya lihat sekarang. Seorang guru terlalu narsis terhadap gelar pahlawan tanpa tanda jasa, bagi saya memang pahlawan tak perlu diberi tanda jasa. Pahlawan adalah mereka yang berjuang tanpa mau dikenang sebagai pahlawan, kalaupun dikenang itu bukan niat dalam hati. ya, memang ada banyak juga guru yang ikhlas menularkan ilmu, ikhlas muridnya berbeda ideologi, bahkan lebih cerdas darinya, saya kagum terhadap guru semacam itu. Itulah guru sejati. Diluar sebagai pegawai negeri, agak aneh memang pegawai kok negeri, negeri itu mana? seperti dalam dongeng saja. kalau pegawai negara itu jelas, pegawainya manut oleh aturan negara.

Anda menguliahi saya? potong pria berdasi itu.

Saya hanya mencoba menjawab sesuai kata hati saya, Pak.

Lalu, niat anda melamar pekerjaan disini untuk apa?

Tentu saja ingin bekerja, Pak.

Hehehehe, anda ini lucu. ditanya riwayat pendidikan jawabannya muter-muter. Padahal ini lihat di berkas lamaran anda ditulis SD, MTS, MAN lengkap dengan gelar sarjanamu.Berarti kata hati anda tidak konsisten, keluar di mulut tapi gak mau ditulis seperti yang anda ucap tadi? Selama mewawancarai calon pekerja baru kali ini dari awal sudah tidak konsisten dalam menjawab. Anda sepertinya lebih narsis dari guru, terlihat memaksa jawaban agar orang lain tercerahkan lewat kata-kata anda, dan dalam hati mereka anda pikir anda dianggap pahlawan? Tapi gakpapa, itu kebebasan anda. Terus anda ingin bekerja disini motivasinya apa?

Maaf pak, atas kelancangan saya sebelumnya.Tapi bukan itu maksud saya. Motivasi saya bekerja tentu saja ingin memenuhi kebutuhan hidup selayaknya Pak. Ingin mencari modal buat usaha ke depannya hidup di kota besar memang perlu kecerdikan dalam bertahan hidup.

Saya lebih paham dari anda soal itu, Saya sudah khatam bagaimana menjalani kehidupan hijrah dari desa ke kota. kehidupan yang membentuk jiwa petani orang desa menjadi jiwa pedagang orang kota. Saya juga yakin kalau anakmuda dari desa seperti anda sekarang sudah luntur jiwa petaninya. Bohong kalau anda mengelak, lebih bohong lagi kalau bangku sekolah tak mempengaruhimu soal ini. Baiklah berkas lamaranmu saya terima, wawancara cukupi saja, toh dalam daftar pertanyaanku saya jawabanmu mudah saya tebak. anda narsis!!




0 komentar:

Posting Komentar