Saya baru saja mendengar cerita tentang elvi's parsley yang kebingungan apa lagi yang akan dilakukannya setelah berada di puncak kariernya, karena popularitas, uang, dan segala keinginannya sudah terpenuhi, sehingga seperti sengaja membunuh dirinya sendiri pelan-pelan dengan mengonsumsi obat-obatan dan makanan yang tidak dianjurkan kadar kesehatannya.
Tak jelas apa motivasi dalam hidupnya untuk hari-hari yang akan datang.
Tapi apa benar hidup harus perlu motivasi?sebuah anjuran, kewajiban atau keniscayaan.
Di kalangan motivator yang beberapa kali saya temui, motivasi adalah faktor utama untuk meraih sukses. Ubah kondisi anda dari buruk ke baik terus ke lebih baik agar selanjutnya menjadi yang terbaik.
Kedengarannya begitu menarik jika diruntut apa tolak ukur sukses. Tentu masing individu punya target pribadi. Hanya saja sepertinya semua sepakat sukses adalah berapa pundi-pundi rupiah yang bisa kita kumpulkan, apa posisi yang berhasil kita jabati, apa materi yang kita koleksi. Dan menang tak jauh-jauh dari itu persepsinya.
Apa motivasi untuk sukses seperti itu salah? Saya belum berani menjawab. Saya pernah disindir betul oleh tetangga saya yang mengklaim hidupnya hanya untuk menegakkan dinnullah. Uang hanya menutup matamu pada agama.
Ya, untuk agama. Area yang sensitif ini, saya pun masih berpikir. Banyak kalangan mendalami agama karena termotivasi mendapatkan surga. Bisa jadi motivasi berupa bidadari, istana emas, sungai susunya begitu menggoda.
Apa itu juga salah?
Ah, sekali bukan kapasitas saya menjawab. Tapi bukankah manusia adalah master piecenya Gusti Allah, jadi uang, materi, dan jabatan bahkan surga lebih rendah derajat penciptaannya.
Maaf
sukabumi,07102012
Rabu, 01 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar