Entah ini jaman sudah gila, karena tua atau hanya dihuni
manusia manusia edan, termasuk saya mungkin. Hehehehe, just for jokes, dianggap
pencitraan juga gak papa kok, silakan. Saya gila, edan, gendeng, sinting atau
apalah label yang mau disematkan pada saya. Toh juga sesama manusia yang
mengjustice, belum Tuhan.
Habis hujan hujan gini, enaknya browsing-an sambil ndengerin
lagunya bung Iwan bro, mantaapp,, tap kok sayang modemnya belum konek konek,
kebawa angin hujan kali yee, terpaksa nih nostalgia ma microsoft word dulu
,
sebelum entar saya posting ke blog..
Kali saya mau coba menulis (nulis kok coba coba), menulis
tentang apa yang lagi saya pikirkan. Gitu aja kok repot, terserah saya lagi
mikir apa tho, hehehe ada teman yang komen banyak tulisanku yang terkesan ‘sok
mikir negoro’, ya mbok biar kalau aku lagi kepikiran itu ada larangan tertulis
atau nggak tertulis yang menyinggung tentang itu?? Please deh, kayak nggak ada
yang lebih penting dari ini, toh juga teman saya yang nulis (just status on
facebook) juga terserah ente,, hehehe sama nggak pentingnya saya ungkit kayak
gini, tapi well kembali tulisan ini hadir dari apa yang ada di pikiran saya,
bebas kan saya nulis nggak harus nurutin ke’galau’an hati, tapi nulis apa yang
lagi saya pkirkan, facebook aja nyuruhnya kayak gitu, what’s your mind, bukan
apa suasana hati anda? LOL..
Eitss, kok aku jadi terkesan marah marah sendiri ya? Apa
nggak suka saya dibilang ‘sok mikir negoro’, ya mungkin SEDIKIT untuk tidak mau
menyebutnya tidak sama sekali. Terserahlah mau dianggap apalagi, ababil, alay
atau saudara saudaranya. Karena kata ‘sok’ itu sudah cukup menghakimi seseorang
atas kepurapuraan yang diduga. Sok beriman, sok dermawan, sok peduli, sok tahu,
sok suci, atau tren baru buatku sok mkir negoro. Kepurapuraan yang lagi dalam
dugaan. Ya, baru diduga, apa salah saya untuk menyebutnya Negative Thinking??
Ini sama berarti membatalkan prinsipmu (teman saya) yang mengajariku untuk
selalu Positive Thinking. Meski ketika kutanya apa salah ketika di pikiranku
lagi ada itu yang kamu anggap sok mikir negoro, kamu nggak bisa jawab. Nulis
hanya biar keliatan dianggap cerdasnya saja, hahaha Subhanallah (Sorry disini
saya bawa Tuhan), saya sebenarnya juga pengen keliatan romantis seperti anda,
sayangnya saya lagi nggak galau, hahahaha.. Makanya jadi tambah yakin kalau
pelabelan kata ‘sok’, hanya kamuflase rasa iri, atau benci. Apa saya ikut-kutan
negative Thinking? No, ini saya sebut dengan realistik Thinking.
Kenapa saya memilih realistik Thinking daripada positiv
Thinking, ah ini hanya prinsip adhoc sebelum ada definisi Positiv Thinking yang
benar benar Positiv. Karena yang saya rasakan berpkir positiv adalah sebuah
kemunduran pola pikir.
OK, kalimat terakhir adalah pernyataan kacau, boleh anda
anggap kalimat terakhir itu tidak ada.
Nenek moyang bangsa Indonesia dulu, atau kalau dulu yang berjuang banyak yang kakek
jadinya kakek moyang bangsa Indonesia dulu bisa dikangkangi Jepang karena
termakan slogan 3A-nya Jepang, Jepang Pelindung Asia, Cahaya Asia, Pemimpin
Asia, terlalu bermurah hati, dan berpikir positiv bahwa tingkah laku Jepang adalah untuk kemajuan
kehidupan anak cucu mereka. ( sampai lahir kepala yang jadi kepala saya ini).
Semoga saya salah dalam menilai ini.
Realistik Thinking yang baru saya pahami itu adalah
kristalisasi pengalaman. Mungkin kebanyakan pengalaman pahit pada dasarnya.
Seorang pemimpin yang penah memimpin tapi dalam kepemimpinanya gemar korupsi
manipulasi atau memakan bangkai saudaranya. Nyalon lagi dengan model dan wajah
di’baru baru’kan, kalimat dari mulutnya jelas yang manis manis, tapi apakah
saya mau begitu saja berpikir positiv jika yang dikatakannya memang benar dan
terwujud, upss sorry bro anda juga tahu jawaban saya.
Hehehe, ada yang nggak terima kalau saya ambil contoh ulil
amri perpolitikan Indonesia,
bukan maksud untuk menegaskan sok mikir negoro tadi ya, tapi memang contoh
gampang dan real, untuk saya menjadi penganut adhoc realistik Thinking.
Wassalam
Aditya Feri Wardani, 14
Maret 2012
0 komentar:
Posting Komentar