Kamis, 31 Mei 2012

Manusia Belum Manusia


Ini sekadar tulisan sok tahu, tulisan piccisan remeh dari makhluk yang belajar keras menjadi manusia. Tentang manusia, tentu tak terhenti hanya sebagai sosok mamalia sosial. Sebagai makhluk yang katanya paling sempurna, ada perbedaan mencolok makhluk ini dari makhluk lain di muka bumi Tuhan
.

Saya sebenarnya ingin protes pada Tuhan, begitu banyak keganjilan bagaimana nilai nilai kemanusiaan agar kriteria manusia itu bisa saya miliki. Sementara anugerah Tuhan berupa mulut, sebatas anugerah bicara tanpa anugerah kemampuan mengendalikannya. Ya, manusia cenderung memiliki sikap melampiaskan  daripada mengendalikan. Setiap kepala memliki pikiran sendiri, kemauan sendiri karena zaman memang mendukung untuk itu. Setiap informasi bertubi tubi hadir tanpa bisa saya cerna. Provokasi provokasi datang saya dukung selama menguntungkan saya dan kelompok saya tanpa melalu filter saya di pihak yang benar atau terkurung di pihak yang salah.

Manusia, darimana dan kemana? Atau hanya terawang awang di dunia fana. Tenggelam bersama kemewahannya. Ah, tahu apa saya tentang itu? Yang saya pahami saya lahir, bukan karena saya ingin lahir, bukan karena saya memilih lahir sabagai manusia dari rahim perempuan yang menjadi Emak saya sekarang (love u mak, anakmu lagi belajar). Jelas ini yang pertama membuat saya bingung mencari awal kesejatian saya. Saya?? Dengan pikiran belum luas, ilmu yang terbatas mencoba mencari kesejatian. Hahaha, aneh hasilnya entar. Lalu siapa saya? Yang lahir tanpa nama, yang matipun tanpa membawa nama. Lalu siapa Aditya Feri Wardani? Ya, itu titpan orangtua saya agar mudah mengenali tanda tanda saya, agar manusia lain bisa menyebut sosok ‘belum’ manusia satu ini. Tapi siapa sejatinya saya? Yang mungkin sifat2nya terkadang kalah dibanding hewan, lebih rakus dari tikus, kalah setia dibanding anjing, lebih getol nyolong dibanding kucing. Itulah yang merasa saya bertanya sudah pantaskah naik derajat menjadi manusia, atau sebenarnya saya ini roh hewan yang kesasar di jasad makhluk yang disebut manusia. Ah, jelas saja Tuhan tak salah dalam hal ini. Manusia tercipta sebagai khalifah di muka bumi ini. Saya lebih senang menyebut itu kiasan. Manusia, itu sifat bukan wujud.

Mengenai tafsiran tentang manusia, tentu saja banyak latar belakang yang berbeda. Dari budaya, generasi, cekokan ilmu, dan tentu saja lingkungan. Saya kutip firman Tuhan dari Qur’an surat Albaqarah ayat 30.
 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Shodaqallah ul’adzim. Maha Benar Allah dengan segala firmannya. Saya gemetar membaca ayat tersebut, sungguh meski mungkin tafsir saya pun salah, tapi apa maksud Tuhan akan ayat tersebut. Wallahu’alam. Tuhan terlalu menyimpan banyak rahasia, dan hanya mencipratkan sedikit ilmu pada makhluk-Nya.

Manusia, manusia, sungkan saya menyindir diri saya sendiri. Tak mampu bedakan mana emas mana pasir, mana nasi mana tinja, mana haq mana bathil. Tapi semoga saja tak sampai seperti ini

Tak ada ayat ayat suci, tak ada nabi bahkan tak ada Tuhan pun tak apa yang penting saya kaya.
Naudzubillah

                                                                          ‘belum manusia’ 28 mei 2012

0 komentar:

Posting Komentar