Jumat, 20 Juli 2012

Pagi Ramadhan

0 komentar
Kabut tak terlalu pekat, tapi hawa dingin begitu melekat ketika adzan subuh terdengar sahut-sahutan dari corong toa-toa masjid di kampung kami. Semua tampak khusuk mengakhiri makan sahurnya, tampak begitu nikmat kembali menjalani ritual Ramadhan sebagaimana biasa tahun-tahun sebelumnya. Kampung kami menggeliat sepagi ini, ya hawa dingin separah apapun tak dihiraukan. Seperti menyindir pulasnya ayam jantan. Masjid penuh. Subuh.

Kamis, 05 Juli 2012

rindu puasa, tak rindu Ramadhan

0 komentar

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Ramadhan tahun lalu seperti baru saja berakhir, kini kita sudah mengintip ramadhan lagi, bukan ramadhan pohan lho hehehe. Seperti ramadhan-ramadhan sebelumnya hampir dipastikan masjid ataupun mushola akan dipenuhi tamu tahunannya, termasuk saya yang jarang jamaah di masjid bukan karena nggak kepincut pahalanya yang 27 derajat loh, tapi kok ngrasa emang khusuk munfarid ya, nah loh khusuk yang mana itu?? Sugesti diriku saja kali ya, yang masih kacau, maklumlah saya kan mu’allaf setiap hari. :p

Well, saya nggak mau ngitung-ngitung pahala ini sekian lipat, itu sekian lipat, itukan bisnis bangeeett, iya memang saya percaya akan

Senin, 02 Juli 2012

Saling kejar Saling tampar, Cemburu nafkah

0 komentar

SALING KEJAR, SALING TAMPAR
CEMBURU NAFKAH

Bicara mengenai nafkah, maka variabel-variabel dibawahnya mau tak mau ikut terbawa. Tentang tolak ukur sukses, cita-cita, aturan dan campurtangan negara tentang kebebasan berekspresi mencari riski sampai ukuran kesejahteraan hidup manusia di bumi. Memang bukan kompetensi saya bicara tentang ini, tapi namanya juga penulis amatir, referensi dan opininya pun juga amatir, tapi satu yang saya pegang saya nggak mau berbohong tentang apa yang pernah saya lihat, alami dan rasakan. Pada akhirnya meski jurnal ini sangat rendah dari sisi intelejensi, tapi semoga memberi manfaat, masukan dan renungan massal. Heleh heleh J. Sungguh, mohon kritik saya habis-habisan jika ada ketidakbenaran dalam tulisan ini, insya Allah saya sadar.

Suatu malam tak jauh dari keramaian alun-alun kota Jogja, sebagai anak yang meragukan untuk dibilang