Kabut sisa hujan tadi pagi masih menyelimuti ladang padi milik petani yang jauh dari desa. Beberapa hari ini Pak tani pusing akibat serangan hama wereng yang merajalela. Banyak padi miliknya mati sebelum panen raya. Malam tiba, dalam gubuk bambu tempat tinggalnya, ia berkata pada sang istri akan membeli pestisida besok pagi ke pasar.
Capung mendengar rencana pak tani. Ia cemas. Sebab bukan hanya wereng saja yang akan mati, tentu ia dan kawan-kawannya dalam ancaman.
Capung mendatangi burung elang, ia membujuk elang agar ikut membantunya membasmi wereng.
Elang berkata," Hai capung. aku tidak ada urusan dengan pestisida, makananku adalah tikus. Dengan memakan tikus aku juga ikut membantu pak Tani. Urusan wereng adalah tugasmu"
Capung kecewa. Jumlah populasi kawan-kawannya tak sebanding dengan jumlah wereng yang sangat banyak. Tentu tak bisa ia basmi sendiri.
Capung tak putus asa, bertemulah ia dengan ular.
Capung berkeluh kesah. Tampaknya ular juga enggan membantu. "Mana mungkin pestisida ikut menjadi ancaman bagiku. Kalau kau takut pestisida pergi saja kau ke hutan sana."
Capung kembali dengan harapan kosong.
Barangkali pergi ke hutan memang jalan paling aman untuk capung dan kawan-kawannya terhindar dari cairan kimia pestisida milik pak tani.
Keesokan hari, Pak tani mulai menyemprotkan pestisida ke tanaman padi di sawah miliknya.
Benar saja beberapa hari setelah rutin ladang padi disemprot pestisida, populasi wereng dan serangga lain mulai berkurang bahkan hilang.
Katak yang biasa makan serangga kecil, mulai kesulitan cari makanan. Matilah ia kelaparan. Hal ini berimbas pada si Ular yang tak bisa makan katak, ular mulai beralih mencari makan tikus. Berebut makan sama elang. Tapi sialnya banyak tikus ikut keracunan cairan pestisida. Berkuranglah populasi tikus.
Ikan-ikan pun banyak mengeluh karena mulai kesulitan bernapas. Pestisida membuat kandungan oksigen dalam air menurun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar