Usai makan di meja makan yang sudah sekitar tiga tahun ini, kalaupun bisa bicara mungkin akan teriak, akhirnya bebanku sedikit berkurang. Bulan semakin semburat, bisa jadi kening kaum nahdliyin dan pemerintah masih saling berkenyit menentukan kapan 1 Syawal datang. Muhammadiyah sudah jauh hari menentukan tanggal 19 Agustus, Tapi berhubung slot untuk Menteri Agama memang jatahnya orang NU, jadilah pemerintah landasannya keputusan NU, sementara jatah Muhammadiyah ada untuk Menteri Pendidikan. Nggak nyambung memang, kalaupun ini dianggap sok mikir negoro sah-sah saja, hehe
Barangkali hati saya sedang diselimuti iblis, atau kalaupun harus berkhusnudzon dengan iblis, akui sajalah saya ini orangnya memang oportunis, pragmatis, bahkan sedikit atau bisa jadi banyak munafik.
Sekitar lima jam yang lalu, resmi saya menanggalkan status sebagai karyawan sebuah perusahan traktor tangan nasional. (yang belum tahu lihat judul :) ). tepat saat dibeberapa tempat di belahan nusantara sekumpulan orang berteriak lantang merdeka. ini bisa jadi cermin kondisi psikis saya, atau bisa juga sebaliknya, saya terjajah mimpi saya sendiri, tersandera oleh persepsi lingkungan tentang puncak pencapaian manusia agar bisa disebut "Uwong", kalaupun tak bisa berjas dan berdasi cukuplah balik ke kampung dengan tampilan necis parlente, tak lupa menyangking beberapa piranti elektronik untuk menegaskannya. lalu apa motiv saya sebenarnya untuk hijrah dari kota yang sudah duapuluhan tahun ini menimangku??
untuk itu kepada beberapa kawan saya katakan, tak ada jaminan dimanapun saya merantau akan meraih sukses, karena kemungkinan lebih baik dan lebih buruk itu pasti ada, apalagi kata sukses sendiri masih debatable untuk dikamuskan. (kalimat terakhir belum valid, belum lihat KBBI hehe). Intinya saya sendiri yang harus mencari, dan kalau sudah mencari tentu ada objek yang dicari, yang kemungkinan selama pengalaman saya yang mungkin belum mentok ini, jika yang kita cari itu tak jauh soal harta, tahta dan wanita.
Apa ini waktunya saya harus jujur, bahwa alasan saya meninggalkan Quick adalah untuk tiga hal seksi tersebut?? hehehe, sering saya keluhkan pada Tuhan, bagaimana perilaku zuhud bisa diterapkan di era industri seperti saat ini, sementara firman-firmanNya pun sudah masuk ranah industri, bahkan tega-teganya dikorupsi. Peradaban ini sudah begitu majunya, apa yang pemimpin-pemimpin itu katakan Sumber Daya Manusia, sebenarnya Sumber Daya (Industrial pada) Manusia, jadi seberapa produktif manusia dalam ranah industi sehingga puncaknya adalah kembal pada tiga hal seksi tadi.
kembali ke Quick,
tempat yang sudah sudi mengajari saya selama hampir tiga tahun ini, dari banyak yang tak saya mengerti
menjadi sedikit lebih mengerti, dari banyak tak punya materi, menjadi sedikit bermateri, dari kuranggaulnya dengan kota jogja ini, menjadi sedikit lebih paham antropologis budaya kaum mudanya, termasuk setiap jalan beraspal sampai ke gang-gang tikusnya.
selama tiga tahun, telah banyak merasakan dan tahu betul bagaimana rasanya ditinggalkan kawan, entah itu diputus kerja sepihak atau karena alasan lain yang hanya bisa saya mungkin-mungkinkan. Dan akhirnya hari ini tiba giliran saya untuk bisa merasakan meninggalkan, teman-teman, kebiasaan, pekerjaan yang harus saya akui disini memang sudah menyatu denganku.
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, itu saya kutip dari bungkus nasi kucing sahabat saya. Niscaya itu tak terlalu menguras airmata kalau kebersamaan kita tak terlalu lama. tapi sudahlah, ini pilihanku meski tak kuungkap apa motivku sebenarnya meninggalkan Quick demi menerima pinangan Isuzu disini, karena jawaban pun belum saya dapat selain tiga hal yang sudah saya sebut tadi. Maaf kalau banyak salah selama ini, terima kasih kerjasamanya, jaga terus silaturahmi, rumah orangtuaku selalu terbuka untuk kalian. Do'akan saya dalam pencarian ini agar tak sampai kata-kata yang saya takutkan betul ini terjadi.
Tak ada nabi, tak ada kitab suci bahkan tak ada Tuhan pun tak masalah yang penting saya kaya
Quick, Elo Gue End
prambanan, 17 Agustus 2012
0 komentar:
Posting Komentar