Seolah pertanyaan itu menyeruak dari cermin di depanku. Aku terpaku, kaku. Ketika aku yang masih perlu peng'aku'an, kini bayangan masa lalu memvonisku semacam itu.
Aku amati betul warna kulitku, nyaris tak berubah hitam legam dengan beberapa bekas jerawat di wajah, dan beberapa bekas luka di tangan dan kaki. Sama sekali tak kurasa ada perubahan. Mataku masih menyiratkan kesan mata pemalas, dengan hidung pesek menggantung bibir gelap dan kumis tipisnya, justru fisikku yang menua ini layak dianggap preman.
Entah, cermin di hadapanku seakan enggan menampu bathinku. Jawaban yang kukira tak bisa mengenyangkan selidiknya.
"Dikiranya kalau sudah berhadapan kaca itu sudah bercermin, dikiranya kalau kaca itu bisa mencerminkan"
Lagi, kata-kata yang keluar justru memusingkanku. Yang kini justru ragu apakah kata itu memang menyeruak dari cermin yang menempel di tembok warna silver pucat itu. Apa justru aku yang membelah diri, semacam khodam yang banyak aku dengar dari cerita seorang Kyai di Jogja dulu?
Barangkali aku benar, benar-benar salah.
Aku tak berubah, aku masih menjadi orang baik dan beriman. Aku beribadah. Aku kuliah. Aku masih sering berbuat baik. Aku masih menjaga kehormatan. Justru kini lebih baik, dan lebih banyak yang aku bisa banggakan.
Lamat-lamat cermin itu buram, cenderung menghitam, bahkan kini nyaris hitam sempurna.
Hingga aku tak bisa melihat bayanganku sendiri,
Aneeh, cermin ini
"aku mungkin akhir-akhir ini jarang kau perlukan, sekali dua kali mungkin kau tengok masa lalu susahmu, hingga masa perjuanganmu sekarang, banyak yang kau banggakan katamu. omong kosong!!! sama sekali aku tak bangga, justru aku kecewa, kau konversikan bahagiamu sendiri sebagai apa yang bisa kamu banggakan dan pamerkan, kau jajah penafsiran hatimu sendiri tentang kata ikhtiar dan tawakkal, kamu memang tak pernah lulus untuk sekadar disebut manusia, kamu keledai yang tersesat dalam jasad manusia yang memang fisiknya juga aku tahu mirip preman, ah bisa jadi keledai lebih pandai dari kamu"
Anjiiiiing, cermin bisa ceramah, bisa khotbah!!!
Aku ambil cermin itu dan kulepas dari gantungannya, nasibnya ditanganku.
Urung niatku untuk memecahkannya, hitam cermin memudar, kembali terlihat kaca dan bayanganku memantul disitu.
Tembok!!
Aku tak terlihat dalam cermin!!
Apa aku sudah mati?
Sungguh,......
Bekasi, 24 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar