beberapa tahun silam saya pernah 'bertengkar' pada salah seorang kawan lama. Persoalan sepele sebenarnya, dia cerita usai diramal tukang tarot di sebuah mall, sontak saya yang waktu itu emang agak keras dalam belajar 'agama', seperti orang bijak menasihatinya, jangan mendatangi tukang ramal ,amal ibadahmu selama 40hari nanti gak akan dicatat malaikat. demikian kata saya itu yang justru memancing amarahnya. ya,ya memangnya temanmu muslim semua ya bro? percaya deh toh aku rasa kamu juga belum pantas jadi ahli surga.
saling mengingatkan dalam hal kebaikan, entah bagaimana saya langsung mencap buruk tindakan kawan saya tersebut sehingga dalil itu seakan jadi tombak tanpa mata. amar ma'ruf nahi munkar, jelas tak ada kesanksian didalamnya, hanya saja keegoan yang bisa membutakan, sehingga bahaya penilaian bahwa sekitar saya itu keji, buruk, brengsek atau apalah. wanita pakai pakaian ini salah, naik motor begini salah, gaya rambut begini salah, statement-statement menggurui tak bisa lepas itu bahaya.
ketika saya sudah merasa paling benar dalam meletakkan benar dan salah, begitu terbayang kenikmatan surga beserta isi-isinya, bidadari istana dan makanan istimewa, kenapa begitu ambisi yang tampak?
Dari situ mulai muncul penyesalan dalam diri saya, saya lebih keji bahkan. menjadikan ahli agama sebagai dukun, mendatangi kyai, ustadz, dalam hati juga muncul pengharapan kalau bisa menjabat tangan kyai ini siapa tahu rezeki saya makin lancar, kalau kepala saya diusap ustadz itu siapa tahu jabatan saya meningkat, jodoh mudah didapat. masyaa Allah, begitu keruhkah hati hamba hingga tak nampak cermin yang jadi ayatMu.
Lalu apa pandangan saya sekarang mengenai pendukunan tokoh agama serta amar ma'ruf nahi munkar tadi. setiap amal pasti ada niat dan motivasi dan itu dalam hati, dan manusia biasa tentu saya tak punya kelebihan membaca isi hati seseorang. jadi, daripada buta menggurui lebih baik mari saling berbagi, ilmu, sedekah, terlebih kebahagiaan.
Tapi jika kamu mendatangi 'dukun' buat nyalon lurah, silakan pertanggungjawabkan sendiri dan saya gak bakal milih kamu sebagai antitesis jimat 'dukun'mu itu. dan semoga saya tak dihakimi karena artikel ini sudah masuk kolom paradoks.hehehe
afwan, buat provesi dukun bayi monggo:)
Bekasi, 02 Februari 2013
La
Sabtu, 02 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar