Sampai akhirnya otak dipaksa beradu argumen sampai mau muntah.
Kemarin malam baru saja menghadapi makhluk Tuhan berwujud manusia, menarik tapi sangat basi bagi saya. Awalnya saya tak tertarik menanggapi ucapan beliau, saya mencoba bersabar betul mendengarkan uraian pemahaman beliau tentang agama. Sampai saat beliau, mulai menyinggung agama lain dengan nada ditinggikan berbaur kebencian saya mulai risih. Pengalaman spiritual saya memang baru seumur jagung, perjalanan hidup juga tak seluas manusia manusia lain. Tapi pemahaman pertama saya, jika mau beragama, belajar akhlak dahulu, singkirkan kebencian, dan Rasul mengamini jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu. belajar mengendalikan, dari kecenderungan melampiaskan. Kata kata seorang Kyai menjadi prinsip dalam menjalani kehidupan ini, belajar mencintai sekaligus belajar untuk tidak dicintai. sungguh sebuah anjuran yang menenangkan, belajar toleran, dan memahami nilai substansi, bukan ragawi.
Inilah kira kira perbincangan yang boleh dilabeli debat kusir tadi malam
manusia (beliau, selanjutnya saya sebut M ) : bagaimanapun juga orang yahudi dan nasrani, tidak akan senang melihat kaum muslimin sholat shubuh berjamaah seperti sholat jum'at. sampai kiamat, kui wis jelas
setan (selaku saya, selanjutkan saya sebut S) : pada kenyataanya, pemahaman saya nantinya hanya menuju suudzon yang tak pasti
Selasa, 24 April 2012
Jumat, 13 April 2012
daa daa SNMPTN
Pagi ini, yah memang masih pantas untuk disebut pagi. Usai mengantar mbak ke stasiun karena mau ke surabaya, buru buru saya mampir ke warnet. Di rumah modem lagi error, jadilah saya merogoh dompet, sekadar say hello kawan kawan FB, dan yang utama update hasil Try Out Snmptn kemarin, plus cari cari informasi lain, yang banyak yang nggak penting juga.
Manusia hidup pasti punya mimpi, ah tapi siapa saya yang bisa memastikan seperti itu? OKlah anggap saja subjeknya saya pribadi. saya dikasih kesempatan hidup, berinteraksi dengan sesama manusia, sosialisasi, organisasi, sampai akhirnya bermimpi. Mimpi saya juga tak jauh dari produk interaksi saya selama menjadi manusia. Eits, kalimat terakhir sangat diragukan apa saya memang sudah benar benar menjadi manusia. Ya mungkin dalam wujud jasadi tak terbantah, tapi ragawi, siapa yang tahu kalau saya itu setan yang mendiami jasad manusia. Saya sendiri belum bisa mendefinisikan siapa saya sebenarnya, manusia ras jawa berkulit hitam, emosi labil, pemimpi, tapi itu penialaian dalam standar ukuran masing masing.
ah, paling gak nyaman nulis saat pikiran lagi kacau, biarkan saya menenangkan diri sejenak, protes ke Tuhan kalau perlu.
Manusia hidup pasti punya mimpi, ah tapi siapa saya yang bisa memastikan seperti itu? OKlah anggap saja subjeknya saya pribadi. saya dikasih kesempatan hidup, berinteraksi dengan sesama manusia, sosialisasi, organisasi, sampai akhirnya bermimpi. Mimpi saya juga tak jauh dari produk interaksi saya selama menjadi manusia. Eits, kalimat terakhir sangat diragukan apa saya memang sudah benar benar menjadi manusia. Ya mungkin dalam wujud jasadi tak terbantah, tapi ragawi, siapa yang tahu kalau saya itu setan yang mendiami jasad manusia. Saya sendiri belum bisa mendefinisikan siapa saya sebenarnya, manusia ras jawa berkulit hitam, emosi labil, pemimpi, tapi itu penialaian dalam standar ukuran masing masing.
ah, paling gak nyaman nulis saat pikiran lagi kacau, biarkan saya menenangkan diri sejenak, protes ke Tuhan kalau perlu.
Langganan:
Postingan (Atom)